Kamis, 17 Maret 2011

Terapi Kerasukan JIL

al-islahonline.com : Kerasukan JIL lebih berbahaya dari kerasukan jin. Karena orang yang kerasukan jin, rufi"al qalam, pena diangkat atas mereka, yakni amal buruknya tidak akan dicatat. Akan tetapi orang yang kerasukan paham Jaringan Islam Liberal, bisa murtad. Lihat saja statemen-statemen yang muncul dari orang yang kerasukan paham liberal: nyeleneh, berani, dan sesat. Seperti statemen: "Nabi Muhammad pun menikmati goyang"; atau menyuarakan dzikir "anjinghu akbar"; atau mengomentari seorang artis yang murtad dari Islam dikatakan pindah agama karena hidayah; atau kalimat "Tuhan semua agama sama"; dan statemen mengerikan lainnya. Bukankah apa yang mereka ungkapkan itu seperti ungkapan orang yang hilang akal" Tindakan Preventif Meski demikian ketara kesesatan mereka, tidak sedikit yang terpengaruh dan silau dengan apa yang mereka miliki. Untuk itu, sebagaimana penyakit badan, pencegahan lebih utama dari pada pengobatan. Maka perlu upaya pencegahan terhadap penyakit kronis yang bisa meracuni iman manusia ini. Tidak mendengarkan ocehan mereka, atau menjauhi tulisan- tulisan orang yang diindikasikan sebagai penganut JIL adalah pencegahan yang jitu. Kecuali bagi yang memiliki kapabiltas ilmu syar"i yang cukup, akidah yang kuat dan hendak menunjukkan kesesatan mereka kepada umat. Cara ini mungkin dianggap kekanak-kanakan. Akan tetapi, anggapan itu akan sirna ketika kita menyimak hadits Nabi saw, "Sesungguhnya di antara penjelasan itu ada sihirnya." (HR. Bukhari) Berapa banyak orang yang tadinya netral, lalu membaca tulisan seorang Doktor penganut JIL, dengan sistematika yang tampak ilmiah dan masuk akal hingga ia tersihir dan tertarik dengan pemikiran JIL" Untuk itulah, seorang ulama tabi"in al-A"masy pernah memerintahkan anaknya untuk memasukkan jarinya ke telinga ketika ada orator penganut Jahmiyah berbicara. Beliau berkata, "Rapatkanlah penutup telingamu wahai anakku, karena hati ini lemah." Gejala "Kerasukan" JIL Gejala ini perlu untuk kita ketahui. Siapa tahu di antara kita ada yang menolak pemikiran global aliran JIL, tetapi mengidap sebagian penyakit yang diakibatkan oleh virus yang mereka sebar. Atau setidaknya kita bisa mendeteksi para pembicara dan penulis, pengikut JIL ataukah bukan. Di antara gejala yang tampak pada orang yang kerasukan JIL adalah mendahulukan akal dari pada dalil syar"i. Inilah gejala yang paling ketara. Seringkali dalil al-Quran dan al-Hadits ditolak dengan dalil akal. Mereka tinggalkan tafsir para ulama salaf dan condong kepada tafsir hermeuneutika, tafsir "semau gue" yang diadopsi dari para filosof Yunani yang kafir. Sesuatu yang telah baku dan qath"i dalam al-Quran pun kerap kali mereka tolak dengan dalih "kontekstual". Mereka juga menjadi penganut yang paling berani dalam mengkritik al-Quran dan as- Sunnah yang shahih, juga berlaku sinis terhadap para ulama salaf. Mereka tidak mengenal definisi bid"ah, syirik atau murtad. Isu pluralisme, bahwa semua agama sama menjadi titik tekan. Maka mereka adalah kaum yang paling kebablasan dalam hal "toleran". Jika ada yang tertarik dengan pemikiran seperti yang telah penulis sebut di atas, berarti dia tengah mengidap gejala "kerasukan" JIL. Maka hendaklah segera dicarikan penawarnya. Terapi Kerasukan JIL Jika Anda merasakan adanya gejala "kerasukan JIL" pada orang-orang yang didekat Anda, maka segeralah Anda menepis sihir JIL dengan penjelasan berikut. Pertama, mengingat bahwa orang-orang JIL itu belajar Islam kepada para musuh-musuh Islam, dan para orientalis barat. Maka mungkinkah kebenaran berada di pihak mereka sedangkan kesalahan berada di pihak para ulama yang belajar dari para ulama dan bersambung hingga Nabi Muhammad saw" Alangkah bagusnya nasihat seorang ulama tabi"in Muhamad bin Sirin, "Ilmu itu adalah agama, maka lihatlah kepada siapa kamu menuntut ilmu (agama)." Kalau seseorang menimba ilmu agama kepada orang kafir, sudah barang tentu yang didapat adalah cara pandang orang kafir terhadap Islam, atau penafsiran al-Quran dan as-Sunnah menurut musuh Allah dan Rasul-Nya. Maka apakah fikih madzhab Aristoteles yang mereka banggakan itu lebih lurus dari fikihnya empat madzhab" Demi Allah, TIDAK! Kedua, hendaknya memperhatikan kondisi mereka dalam beragama. Semakin tinggi tingkat liberalnya, semakin berani meninggalkan ibadah, terutama yang khusus, seperti shalat, shaum dan yang lain. Apalagi dalam hal sunnah, mereka adalah kelompok yang paling bersih dari sunnah Nabi. Ibadah orang muslim yang sangat awam, jauh lebih mending daripada mereka. Ketiga, keberpihakan mereka kepada orang-orang kafir melebihi keberpihakan orang kafir atas agama mereka sendiri. Apalagi bila dibandingkan dengan keberpihakan mereka kepada Islam, amat jauh. Majalah Syir"ah misalnya, ketika melukiskan perilaku Yahudi, kalimat yang dipakai adalah "Yahudi Pejuang Damai." Tetapi ketika menggambarkan orang Islam, dipakai kalimat, "Harus diakui,orang Islam itu suka plin- plan." Bahkan ketika ada seorang ibu berkonsultasi tentang anaknya yang mau keluar dari Islam, "pendekar JIL" Abdul Muqsith malah menjawab, "Tidak ada pilihan lain kecuali bahwa ibu harus mengikhlaskan kepergiannya ke agama lain itu." Sedikit penjelasan ini mudah- mudahan bisa menyadarkan "pasien" yang kerasukan JIL. Wallahul Muwafiq. (Abu Umar A/ militan.blogsome.com)

Awas...! Akal Bulus Agen Zionist Di Indonesia

Untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel, seorang tokoh Jaringan Islam Liberal, Abdul Moqsith Ghazali, mengusulkan agar dibuka hubungan diplomatik dengan negara Israel. Hal tersebut diungkapkan oleh Moqsith dalam acara talk show di sebuah stasiun televisi swasta, Rabu malam (7/12). Menurutnya, hal itu diperlukan agar terjadi dialog untuk menemukan solusi permasalahan di sana. “Perdamaian masih mungkin untuk dilakukan. Bagaimanapun juga mereka (Yahudi Israel) adalah manusia yang punya akal dan hati nurani. Mereka tidak akan rela melihat manusia dibantai begitu rupa ” dosen Universitas Paramadina itu beralasan. Kontan saja, pernyataan nyleneh Moqhsith menuai kecaman. Munarman, S.H, Panglima Komando Laskar Islam (KLI) menyatakan bahwa usulan itu tidak lebih merupakan akal bulus agen Zionist di Indonesia agar Zionist Israel bisa bebas berkeliaran menginfiltrasi dan merusak umat Islam Indonesia. “ Usulan-usulan tersebut gencar diwacanakan oleh agen-agen Zionist yang tergabung dalam JIL dan komunitas binaan Zionist lainnya” ungkap Munarman kepada Suara Islam, Kamis (8/12). Untuk Indonesia, secara konstitusi usulan itu sangat aneh. Sebab menurut konstitusi negeri ini, yang sering didewa- dewakan oleh kalangan JIL, penjajahan sebagaimana yang dilakukan oleh Zionist Israel harus dihapuskan dari muka bumi. ”Ini artinya usulan tersebut adalah akal bulus semata untuk kepentingan Zionist melakukan dominasi dan hegemoni lebih dalam terhadap umat Islam Indonesia”, jelasnya. Munarman mengingatkan, sejak awal berdirinya gerakan Zionist Internasional dan negara Israel, mereka tidak pernah menggunakan bahasa dialog. ”Tentu kita masih ingat bahwa Zionist Israel membentuk dan menggunakan pasukan teroris Hagana untuk mencaplok Palestina. Bagaimana bisa Moqsith dan gerombolannya mengusulkan dialog dengan Zionist?” tanya Direktur An Nashr Institute itu. Bahkan, mantan Ketua YLBHI itu mengingatkan, ” Hanya orang sakit jiwa dan dungu yang percaya Zionist Israel bisa diajak dialog. Awas hati-hati, virus dungu itu menular” , ingatnya. sumber :www.suara-islam.com Agen2 zionis ada disini http://forum.detik.com/ showthread.php?t=78998

WASPADAI JIL(jaringan isme liberal)

Mengapa Jaringan Islam Liberal Begitu Jumawa?

MUQODDIMAH Sahabatku...Pada postingan kali ini,sengaja saya ambil momennya untuk menangkal gerakan dan pemikiran JIL(jama'ah isme liberal)sungguh riskan kalau saya menuliskan Jama'ah Islam Lib.Bukan untuk membahas isyu Bomb Utan Kayu dan dua tempat lainnya,melainkan Waspada terhadap pemikiran JIL yg nyeleneh dan jauh dari ajaran islam.Tulisan yg saya copas dari VOA-islam Sekadar pengetahuan dan selebihnya anda yg menilai. Jakarta (voa-islam.com) - Banyak pihak yang belum memahami tentang sepak terjang JIL yang gemar mengobok-obok kedamaian umat Islam di Indonesia pada khususnya. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kaum Yahudi dengan Freemasonry mendukung JIL yang juga sesungguhnya didanai oleh Asia Foundation yang disupport oleh CIA, badan intelejen AS. Apa itu Islam liberal dan Mengapa disebut Islam Liberal? “Islam liberal” sejatinya pembangkangan diri dan pemikiran melalui gerakan, yayasan, kantor berita, gerakan politik terhadap islam ala Nabi Muhammad SAW. Pemikiran Islam (klaim mereka) menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial- politik yang menindas. Tujuan JIL adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat dengan dukungan Yahudi Internasional yang bercokol kuat di Indonesia dan dukungan pemerintah AS melalui Asia Foundation yang disokong oleh CIA dan Imperialisme Barat dan kini menguasai Universitas Paramadina dan UIN Syarif hidayatullah Jakarta. JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dari segi politis, ada benang merah dengan CIA. JIL yang resmi hadir sekitar Maret 2001— impact penting yang timbul dari lahirnya gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘ ndableg alias konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”. Mereka begitu semangat ‘ mengkritisi’ Al- Qur’ an, menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama’ sebagai kelompok konservatif. Dilain pihak, mereka bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi- referensi liberal. Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam- nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu Zaid dan Fadzlurrahman seolah- olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur’ an, bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits. Yang jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas itu, dan begitu bangga disebut liberal. Karena dukungan AS, lembaga Islam dikuasai pemikiran liberal, baik Kementerian Agama, Universitas Negeri Islam (UIN), dan sampai tokoh-tokoh politik dan cendekiawan yang dilabelkan pada tokoh Islam Liberal.
Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi Asy- Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda kebebasan berekpresi. Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung- ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis. Adian Husaini dan Nuim Hidayat menandaskan, Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal mustahil-- mencari akar pemikiran- pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur’ an dan As- Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: "Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat). Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya dinyatakan sebagai ide- ide kapitalisme. Luthfi Asy- Syaukanie dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme -- pengalaman partikular Barat-- nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat-cepat ‘ melek’ (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru- buru buta (pura-pura tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat. Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at- taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam.
JIL, Asia Foundation dan CIA The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia, termasuk Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750 ribu buku dan materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia. Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, http:// usinfo.state.gov, Oktober lalu – beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan-- lalu, The Asia Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi -- atau lebih tepat kampanye pemaksaan demokrasi— mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa. Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs http:// www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu orang. Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang. Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di balik program- program bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan isu-isu pluralisme, paralalel dengan program-program JIL. Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia Foundation. Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang amat besar dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H, yang siarannya direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam Warna-Warni” yang akhirnya berhenti tayang karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiata-kegiatan mereka yang membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama (sebut The Asia Foundation) yang selama ini menjadi ‘ penyangga’ utama pendanaan JIL, bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan ‘ induk’ nya. Dengan bahasa lain, JIL adalah ‘ karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di lapangan, untuk menjalankan proyek-proyek besarnya. The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender (PUG) bentukan Departemen Agama, yang kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian menimbulkan kontroversial. Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden History in the Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan pada ceramahnya di University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000), mengutip dari tulisan seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat dalam Journal of Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang besar bisa dikendalikan -- jika tidak didukung oleh pemerintah Amerika-- atau perusahaan raksasa yang dikendalikan agen-agen rahasia atau CIA yang ingin memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. Yang dimaksud Petras, hal itu untuk mengelabuhi dan menghindari konflik yang diakibatkan benturan langsung terhadap struktur resmi pemerintahan. Serta menghindari class analysis adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis.
Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA yang paling menonjol di Manila adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini dinilai cukup valid, karena didasari oleh pernyataan seorang anggota Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam sebuah resensi buku yang berjudul Asia Foundation is the principal CIA front, dalam salah satu buku seorang jurnalis investigasi majalah Times, Raymond Bonner, yang berjudul: Waltzing with a Dictator: The Marcoses and the Making of American Policy, menyatakan bahwa “Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA!”. Ini semakin diperkuat oleh interview Roland G. Simbulan dengan seorang mantan mata- mata CIA yang beroperasi di Philipina pada tahun 1996, dimana ia aktif menggunakan yayasan ini (The Asia Foundation) sebagai agen. Bahkan secara terang- terangan pula diungkapkan dalam laporan tahunan The Asia Foundation, tahun1985, yang menyebutkan di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah satu dari pimpinan deputy CIA, bahwa “Asia Foundation didirikan oleh CIA dan sampai 1967 mendapat subsidi darinya.” (Asia Foundation Annual Report, 1985). Jelas, bahwa LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA, didirikan sebagai alat, dan sarana untuk memperluas dan mempermudah proses imperialisme Amerika Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik dengan cara non konfrontatif. Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL --setelah dilihat dari substansi ide yang diusung, serta pertnershipnya-- bahwa sesungguhnya aktifitasnya tidak ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada sangkut-pautnya dengan perbedaan metode penafsiran nash, pembaharuan, pencerahan, atau sifat kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi --boleh jadi-- tak lain, merupakan kemungkinan aktivitas intelejen asing yang hendak menancapkan kuku-kuku imperialismenya di bumi umat Islam, umumnya dan Indonesia, pada khususnya. Benarkah demikian? Wallahu a’ lam...

Waspada pada Pemikiran Tokoh Sesat di bawah ini agar tidak tertipu manis kata dan bualan mereka agar tidak tersesat dunia dan akhirat: Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA A.PELOPOR 1. Abdul Mukti Ali 2. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden) 3. Ahmad Wahib 4. Djohan Effendi 5. Harun Nasution 6. M. Dawam Raharjo (Tokoh liberal) 7. Munawir Sjadzali (mantan Menteri Agama) 8. Nurcholish Madjid (Cak Nun) B.PARA SENIOR 9. Abdul Munir Mulkhan 10. Ahmad Syafi’ i Ma’ arif 11. Alwi Abdurrahman Shihab 12. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta) 13. Goenawan Mohammad (Tempo) 14. Jalaluddin Rahmat (Tokoh Syiah dan Lintas Agama) 15. Kautsar Azhari Noer 16. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta, saat ini, 2011) 17. M. Amin Abdullah 18. M. Syafi’ i Anwar 19. Masdar F. Mas’ udi 20. Moeslim Abdurrahman 21. Nasaruddin Umar 22. Said Aqiel Siradj 23. Zainun Kamal C.PARA PENGURUS PERJUANGAN C. Para Penerus “Perjuangan” 24. Abd A’ la 25. Abdul Moqsith Ghazali 26. Ahmad Fuad Fanani 27. Ahmad Gaus AF 28. Ahmad Sahal 29. Bahtiar Effendy 30. Budhy Munawar-Rahman 31. Denny JA 32. Fathimah Usman 33. Hamid Basyaib 34. Husein Muhammad 35. Ihsan Ali Fauzi 36. M. Jadul Maula 37. M. Luthfie Assyaukanie 38. Muhammad Ali 39. Mun’ im A. Sirry 40. Nong Darol Mahmada 41. Rizal Malarangeng 42. Saiful Mujani 43. Siti Musdah Mulia 44. Sukidi 45. Sumanto al-Qurthuby 46. Syamsu Rizal Panggabean 47. Taufik Adnan Amal 48. Ulil Abshar-Abdalla 49. Zuhairi Misrawi 50. Zuly Qodir Sumber (dbs/Buku : 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia : Pengusung Ide Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme/voa- islam.com/d5vn2).